guratan ide pendidik
"Ketika Pena Menggoreskan Kata-Kata Yang Lahir Dari Anak-Anak Zaman"
Pernahkah Anda merasa bahagia? Pasti pernah ya?
Pernahkah rasa bahagia itu karena passion Anda? Lebih dari itu, ketika Anda mempunyai passion pada satu hal positif, dan mendapatkan sambutan dari mereka yang mempunyai passion yang sama, bahagia? Saya SANGAT bahagia! Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan kebahagiaan itu dengan bertemu teman-teman pendidik yang memiliki passion yang sama. Mereka bukan wajah baru buat saya, tetapi saya baru tahu kalau passion kami sama. Maka kami buat janji untuk bertemu di awal November. Sementara pertemuan dirancang, dari balik layar kami sudah mulai berbincang-bincang, tukar menukar informasi, dokumen dan pengalaman. Lho? Iya...melalui media sosial chatting group dan juga dengan menggarap dokumen yang sama. Menarik bukan? Ingin tahu siapa mereka? Tunggu ya...Saya akan umumkan begitu kami semua selesai melakukan pertemuan di awal November. Sabar ya... salam, Hugo Indratno
0 Comments
Belajar teknologi. Keren!
Apa yang dipelajari di teknologi? Oh, kami belajar menggunakan komputer, tablet, jaringan, teknologi cloud, menggunakan program editing film, menggunakan studio green screen, dan lain sebagainya. Pendek kata, ketika orang mendengar cerita Anda, maka sontak akan mengatakan, "keren!" Teman-teman, memang benar ada unsur hebatnya ketika anak-anak belajar menggunakan perangkat teknologi dengan banyak kecanggihan di belakangnya. Namun, ada yang terlupa. Teknologi yang kita ajarkan kepada anak-anak kita baik di rumah maupun di sekolah, sebenarnya adalah sebagai sarana penunjang. Penunjang apa sih? Saya membuat satu ilustrasi gambar di atas. Perhatikan lingkaran merah di gambar itu. Ada sebuah jari tangan yang saya lingkari. Apa yang terjadi? Ada dua siswa yang sedang mengambil foto dari sebuah obyek. Kedua siswa tersebut menggunakan satu buah tablet. Mohon jangan dilihat dari kerennya. Lihatlah bahwa ada INTERAKSI yang terjadi ketika mereka menggunakan fitur kamera di tablet tersebut. Lihatlah betapa perangkat teknologi dipakai agar setiap individu bisa saling terhubung. Kita sebagai guru tidak hanya BERHENTI pada mengajarkan bagaimana mengoperasikan sebuah perangkat teknologi. Kita selayaknya mengajarakan bagaimana teknologi mendukung dan melengkapi kita sebagai MANUSIA. Di tulisan yang pendek ini, saya hendak menekankan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran, hendaknya menunjang dan mengedepankan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, berkolaborasi dan sebagainya. Marc Prensky dalam bukunya Teaching Digital Natives mengatakan bahwa ada 5 (lima) kemampuan esensi yang hendaknya kita ajarkan pada anak-anak produk abad 21. Lima kemampuan esensial tersebut adalah: 1. Mengetahui hal terbaik yang harus dilakukan 2. Menyelesaikan pekerjaan 3. Mengejakan sesuatu dengan orang lain 4. Mengerjakan dengan kreatif 5. Secara terus menerus melakukan yang lebih baik. Bukankah kelima hal di atas membuat kita semakin baik sebagai manusia? Ayo, kita ubah cara pandang kita mengajarkan teknologi! salam, Hugo Indratno Setelah pertanyaan mengenai career path, pertanyaan selanjutnya datang dari Beliau yang mengundang saya.
"Apa yang harus kita lakukan supaya para guru bisa melek teknologi?" "Wah, pertanyaan yang susah sekali" "Ada dong pandanganmu?" Lalu saya menjawab panjang lebar seperti halnya rumus matematika panjang kali lebar. Ketahuan deh betapa pandangan saya tidak luas benar. Aha! Menurut pendapat saya, teknologi yang selama ini dilihat oleh sebagian pendidik dan juga orang tua adalah teknologi untuk mengerjakan sesuatu. Sering kali kita belum sampai pada untuk menciptakan sesuatu. Atau paling tidak untuk merangsang pembelajaran mencipta sesuatu dari apa yang kita mengerti. Pusing nggak? Begini. Dalam beberapa workshop yang saya bawakan, beberapa pendidik ingin mengetahui bagaimana menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan powerpoint. Atau, ada yang meminta saya untuk mengajarkan word processor supaya bisa membuat soal. Atau, bagaimana menguasai perhitungan excel untuk mengolah nilai. Sejauh itu, hal-hal yang diminta masih berkaca pada apa yang guru kehendaki. Tampaknya, banyak guru masih berkutat pada komunikasi satu arah. Seperti halnya menyampaikan pembelajaran menggunakan powerpoint, tampaknya bagus dan sudah menggunakan teknologi. Memang tampak bagus dan sudah menggunakan teknologi. Namun, apakah kemudian mencerdaskan pembelajar, atau pendidik? Menggunakan teknologi, menurut hemat saya adalah untuk melihat sejauh mana pemahaman pembelajar akan pembelajaran yang sedang atau telah berlangsung. Contoh paling mudah, begini. Dalam satu pembelajaran, ada kegiatan mengamati pertumbuhan biji kacang hijau. Disediakan sebuah kamera yang memotret dari sisi yang sama. Pemotretan dilakukan 10 kali sehari. Setelah hari kesekian, biji yang ditanam mulai mengeluarkan tunasnya. Pada hari terakhir yang disepakati, maka semua foto tersebut dikompilasi menggunakan model time-lapse. Siswa dapat melihat dengan baik bagaimana biji itu berkembang menjadi kecambah dan seterusnya. Melibatkan teknologi? Tahap apa saja yang perlu diketahui dalam menggunakan teknologinya? Anda bisa menjawabnya. Sama dengan ketika seorang guru tari ingin menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Haruskah guru ini menggunakan komputer? Saya mempunyai seorang teman yang berprofesi sebagai guru tari. Nama Beliau adalah Frans. Melalui beberapa riset, Beliau ingin membuat satu shadow dance untuk anak-anak kelas 5. Bagaimana mewujudkannya? Setelah berdiskusi sejenak dengan saya, pandangan mata Beliau tertumbuk pada projector. Idenya adalah memanfaatkan cahaya projector itu untuk dipancarkan ke sebuah kain putih yang menjadi screen. Lalu dengan sedikit olah rekam menggunakan kamera digital, lahirlah sebuah pertunjukkan shadow dance yang memukau. Melibatkan teknologi? Anda bisa menjawabnya, bukan? "Nah, begitulah pandangan saya tentang bagaimana melek teknologi" Saya mengakhiri obrolah saya dengan Beliau. "Saya suka sekali!" "Ya, sebenarnya itu hal sederhana yang semua guru bisa mulai dengan melihat bahan di sekitar mereka" Lalu obrolan kami berlanjut hingga senja berakhir. Tentunya, obrolah tersebut sangat membuat saya terkesan. Kalau tidak, kenapa harus ditulis di blog ini, bukan? Haha! salam, Hugo Indratno |
AuthorHugo Indratno Archives
May 2017
Categories |