guratan ide pendidik
"Ketika Pena Menggoreskan Kata-Kata Yang Lahir Dari Anak-Anak Zaman"
Setelah pertanyaan mengenai career path, pertanyaan selanjutnya datang dari Beliau yang mengundang saya.
"Apa yang harus kita lakukan supaya para guru bisa melek teknologi?" "Wah, pertanyaan yang susah sekali" "Ada dong pandanganmu?" Lalu saya menjawab panjang lebar seperti halnya rumus matematika panjang kali lebar. Ketahuan deh betapa pandangan saya tidak luas benar. Aha! Menurut pendapat saya, teknologi yang selama ini dilihat oleh sebagian pendidik dan juga orang tua adalah teknologi untuk mengerjakan sesuatu. Sering kali kita belum sampai pada untuk menciptakan sesuatu. Atau paling tidak untuk merangsang pembelajaran mencipta sesuatu dari apa yang kita mengerti. Pusing nggak? Begini. Dalam beberapa workshop yang saya bawakan, beberapa pendidik ingin mengetahui bagaimana menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan powerpoint. Atau, ada yang meminta saya untuk mengajarkan word processor supaya bisa membuat soal. Atau, bagaimana menguasai perhitungan excel untuk mengolah nilai. Sejauh itu, hal-hal yang diminta masih berkaca pada apa yang guru kehendaki. Tampaknya, banyak guru masih berkutat pada komunikasi satu arah. Seperti halnya menyampaikan pembelajaran menggunakan powerpoint, tampaknya bagus dan sudah menggunakan teknologi. Memang tampak bagus dan sudah menggunakan teknologi. Namun, apakah kemudian mencerdaskan pembelajar, atau pendidik? Menggunakan teknologi, menurut hemat saya adalah untuk melihat sejauh mana pemahaman pembelajar akan pembelajaran yang sedang atau telah berlangsung. Contoh paling mudah, begini. Dalam satu pembelajaran, ada kegiatan mengamati pertumbuhan biji kacang hijau. Disediakan sebuah kamera yang memotret dari sisi yang sama. Pemotretan dilakukan 10 kali sehari. Setelah hari kesekian, biji yang ditanam mulai mengeluarkan tunasnya. Pada hari terakhir yang disepakati, maka semua foto tersebut dikompilasi menggunakan model time-lapse. Siswa dapat melihat dengan baik bagaimana biji itu berkembang menjadi kecambah dan seterusnya. Melibatkan teknologi? Tahap apa saja yang perlu diketahui dalam menggunakan teknologinya? Anda bisa menjawabnya. Sama dengan ketika seorang guru tari ingin menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Haruskah guru ini menggunakan komputer? Saya mempunyai seorang teman yang berprofesi sebagai guru tari. Nama Beliau adalah Frans. Melalui beberapa riset, Beliau ingin membuat satu shadow dance untuk anak-anak kelas 5. Bagaimana mewujudkannya? Setelah berdiskusi sejenak dengan saya, pandangan mata Beliau tertumbuk pada projector. Idenya adalah memanfaatkan cahaya projector itu untuk dipancarkan ke sebuah kain putih yang menjadi screen. Lalu dengan sedikit olah rekam menggunakan kamera digital, lahirlah sebuah pertunjukkan shadow dance yang memukau. Melibatkan teknologi? Anda bisa menjawabnya, bukan? "Nah, begitulah pandangan saya tentang bagaimana melek teknologi" Saya mengakhiri obrolah saya dengan Beliau. "Saya suka sekali!" "Ya, sebenarnya itu hal sederhana yang semua guru bisa mulai dengan melihat bahan di sekitar mereka" Lalu obrolan kami berlanjut hingga senja berakhir. Tentunya, obrolah tersebut sangat membuat saya terkesan. Kalau tidak, kenapa harus ditulis di blog ini, bukan? Haha! salam, Hugo Indratno
0 Comments
Dalam satu kesempatan beberapa tahun silam, ada undangan penerimaan raport putra saya. Singkat cerita, saya dan isteri hadir. Putera saya ketika itu masih ada di playgroup. Di kesempatan tersebut, guru menerangkan bagaimana putera saya berinteraksi sangat baik dengan teman-temannya. Ia sangat senang berada di lingkungan sekolah. Hal yang menggembirakan bagi kami orangtuanya. Ketika tiba pada bagian dimana guru tersebut menerangkan pencapaian akademik, saya hanya tersenyum-senyum. Ada penilaian yang baik dan ada yang perlu ditingkatkan. Wajar sekali. Nah, kemudian guru mempersilahkan kami untuk bertanya atau memberi masukan buat sekolah. Saya menjawab dengan cukup singkat (menurut saya). Jawaban saya waktu itu kurang lebih demikian, "Kami berdua berterima kasih atas perhatian guru-guru di sini. Secara khusus, kami senang anak kami berinteraksi dengan baik. Mengenai pencapaian akademik, buat kami itu bisa jadi nomor lima atau bisa lebih. Kami lebih senang melihat bagaimana ia berproses dengan alam pikirnya selaras dengan pembelajaran yang didapat. Bisa jadi ia akan sedikit lebih lambat dalam satu hal, namun lebih cepat di hal lainnya. Itu hal yang kami inginkan ia belajar. Belajar mengerti proses berpikir dari dirinya sendiri". Untuk mempersingkat apa yang hendak saya katakan di tulisan ini, lebih baik kita melihat video berikut. Video itu bercerita bagaimana putera saya berproses menerangkan satu alur pemikiran matematis. Mungkin Anda pernah lihat di YouTube. Video ini sama, hanya Anda tidak harus mengkases via YouTube. Selamat menikmati apa itu "proses". salam, Hugo Indratno |
AuthorHugo Indratno Archives
May 2017
Categories |